Rabu, 25 Januari 2012

Sepak Terjang Tarjo

"Jo.. Cepet cari istri to.. Bapakmu ini sudah kebelet kepingin punya cucu".

"Bapak ini ngomongnya mbok jangan itu terus to..!".

"Lo wajar to Jo. Umurmu sudah kepala tiga lo? Ndak perlu cantik cantik, yang penting bisa masak, nyuci, bikin kopi tubruk, ndak cerewet. Sukur sukur hidungnya mancung, tidak ya ndak apa apa, yang penting ndak jerawatan".

"Opo to Bapak iki?"

"Seperti Ibumu itu lo Jo, sederhana tapi bersahaja".

Kalau mau jujur, Tarjo pun tak tahan dengan kesendirian. Hmm.. Lagi lagi ingatannya tertuju pada Maesaroh, mantan pacar
terakhirnya. Kulit sawo matang, rambut keriting sebahu, wajah pun cukup manis untuk seukuran perempuan desa. Tapi apa boleh buat, orang tua Maesaroh tidak setuju. "cari menantu itu ya harus dilihat bebet, bibit, bobot". Kata mereka. Alasan klasik, pikir Tarjo.

Penggali sumur memang bukan profesi menjanjikan, tapi Tarjo bangga dengan itu. Butuh keberanian dan skill tinggi. Perlu pria berotot kawat tulang besi. Profesi lelaki, dalihnya ketika beberapa teman menyarankannya untuk mencari pekerjaan yang lebih layak. Tak seberapa memang penghasilannya, tapi dia menganggap perempuan suka dengan lelaki dengan pekerjaan lelaki. Selalu berkeringat dan berbadan kekar.

Tapi tak apa, kisah cintanya dengan Maesaroh akan dibuang kedalam sumur yang digalinya. Karena kali ini dia sedang jatuh cinta, lagi. Siti, demikian nama perempuan itu. baru datang seminggu yang lalu setelah dua tahun mengadu nasib di malaysia.

"Wajah cukup lumayan, dapat poin enam, banyak orang bilang aku mabuk kepayang.. Kuuu.. Suka kamu, sungguuh suka kamu..". Ah.. Teringat Tarjo pada sebait lagu jadul.

***

Satu kampung gempar.

"Pakde Pakde.. Si Tarjo beli bebe".

"Sejenis opo to kuwi?".

"Blekberi Pakde, henpon keluaran baru. Belinya pesan di Jakarta".

"Terus apa hebatnya si bebe itu?".

"Ah Pakde ini katrok. Makanya nonton tipi, Agnes Monica aja punya".

Nama Tarjo kali ini melejit. Semua mulut membicarakan lelaki yang telah berubah menjadi manusia modern ini, bukan Tarjo yang dulu lagi. Tidak lain dan tidak bukan hanya untuk menarik perhatian Siti tentunya. Tak mau lagi cari rumput, nimba air, dan juga gali sumur yang biasa dilakukan sebagai mata pencahariannya.

"Terus kamu mau kerja apa Jo?". Tanya Bapaknya ketika Tarjo sedang asyik dengan Blackberry barunya itu.

"Saya mau nyupir angkot Pak, biar ndak belepotan lumpur". Jawabnya, menunjukkan cara pandang terhadap profesi lamanya yang telah berubah.

"La memangnya kamu bisa nyupir?".

"Ya kan kursus Pakne".

"Opo maneh kuwi kursus? Temannya bebe po?".

"Kursus itu latihan Pak. Jaman sekarang sudah maju. Jangankan kursus nyupir, kursus bahasa luar negeri juga ada".

"Kamu ini Jo.. Jadi orang itu yang nrimo, ndak usah neko neko. Sampai jual kambing segala buat beli.. Opo kuwi? Bebe?".

Walaupun Tarjo belum mengungkapkan perasaannya, tapi Siti telah mengubah banyak hal pada diri Tarjo. Rambut gondrong telah dicukur, kumis tipis dipangkas habis, Hmm.. Nampaknya dia akan berhasil kali ini.

Kalau boleh dihitung-hitung, mungkin perlu bantuan jari kaki untuk menghitung berapa kali Tarjo mengalami putus-sambung dalam menjalin hubungan percintaan. Entahlah, seakan dia mempunyai daya tarik tersendiri bagi gadis desa. Mungkin benar juga anggapannya bahwa banyak perempuan yang suka dengan lelaki berbadan kekar.

Tapi untuk kali ini dia berencana menjadikan Siti sebagai petualangan cinta terakhirnya. Dan sepertinya perlu kerja keras untuk itu. Karena jelas saja orang tua Siti tidak akan setuju seperti orang tua gadis-gadis yang dilamarnya dulu selama Tarjo masih jadi penggali sumur.

***

Sepasang anak Tupai bercengkrama dengan ranting yang malas, lalu mengabarkan keindahan pagi pada Burung Gelatik yang berbisik: "hari ini cerah, secerah hati Tarjo".

"Dek Siti, Mas mau ngomong..". Kali ini Tarjo merasa telah mendapatkan momen yang tepat setelah sukses mendapat profesi baru yang diidam idamkannya. Sopir angkot.

"Ngomong apa to Mas?".

"Sebenarnya.. Ah.. Harus mulai dari mana ya?".

"Ya Mas Tarjo mau ngomong apa? Ngomong saja..".

"Mmm.. Sebenarnya Mas sudah lama suka sama Dek Siti. Kalau bersedia, Mas mau melamar Dek Siti". Lega rasanya Tarjo bisa mengungkapkan perasaannya. Tidak tanggung tanggung, hendak dilamar pula Siti.

"Gimana ya mas? Mm.. Kalau Mas Tarjo memang serius, ya monggo..!". Jawab Siti tersipu.

"Serius Dek?".

"Iya.. Silahkan ngomong dulu ke Bapak!".

Girang bukan kepalang Tarjo mendengar jawaban itu. Petualangan cintaku akan berakhir, pikirnya. Tanpa pikir panjang, malamnya Tarjo sekeluarga bertandang ke rumah Siti untuk mengajukan lamaran.

"Saya janji akan buat pesta yang meriah Pak". Ucapnya pada orang tua Siti setelah lamaran disetujui.

"Ndak perlu Jo, syukuran kecil-kecilan saja".

"Ndak Pak, pokoknya acaranya akan saya buat ramai, kalau perlu satu kecamatan diundang". Ucapnya menggebu-gebu.

Ini masalah harga diri dan gengsi bagi Tarjo. Entah dari mana uang untuk pesta nanti, yang paling penting dia mencintai Siti, dan dia akan membelinya dengan harga tinggi.

***

Semua undangan telah datang, satu jam lagi resepsi dimulai. Dengan orkes musik dangdut sebagai hiburan, acara meriah pun digelar sesuai keinginan Tarjo. Sampai-sampai pengguna jalan yang akan melewati desa harus memutar karena jalan dari ujung desa ditutup untuk acara pernikahan. Bahkan semua penduduk dari tiga desa tetangga pun turut diundang. Pesta besar.

"Tarjo kok belum pulang kemana ini?". Semua keluarga nampak gelisah dengan kepergian Tarjo sejak tadi malam.

"Ndak tahu Pak, tadi malam katanya mau ke rumah temannya, tapi saya ndak tahu dimana". Kata salah seorang pemuda desa.

"Lo kan Tarjo punya.. Apa itu? Bebe? Memangnya ndak bisa dihubungi?".

"Nomernya ndak aktif".

Satu jam kemudian belum muncul juga batang hidung Tarjo. Semua pemuda pun telah dikerahkan untuk mencari.

"Anu Pak.. Anu.. Si Tarjo..". Seseorang datang dengan terengah-engah.

"Kenapa? si Tarjo kenapa..?".

"Tarjo ditangkap Polisi!".

"Lo memangnya salah apa?".

"ternyata perampokan di kota sebulan lalu itu Tar.. Tarjo pelakunya!". Katanya terbata-bata.

"Jadi buat biaya semua acara ini dari hasil ngrampok?". Siti berteriak

Kepanikan terjadi. Siti menangis menjadi-jadi. Tarjo telah berhasil membuat pesta pernikahan yang meriah, tapi harus membayar mahal untuk itu. Dan nampaknya harus memperpanjang masa lajangnya yang sudah menginjak 33 tahun.

Waacccaaaauuuuuwwwww.....!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar