Jumat, 02 Desember 2011

MENUNGGU MATI

 Gambar diambil dari sini

Aku akan bercerita. Tak menarik dan lazim yang akan kuceritakan. Membosankan, monoton, atau entah komentar apalagi yang bisa kau berikan sebagai ahli cerita sepertimu. Tapi ini cuma cerita, tak perlu sekolah sastra untuk bercerita. Anak kecil pun biasa bercerita bermacam hal, petani sampai berbuih mulut menceritakan cara bercocok tanam, pandai bukan kepalang cerita nelayan tentang sauh dan kapal. 

Ini bukan cerita tentang cinta atau semacamnya, karena hingga kini sudah hampir berkalang tanah pun aku masih sendiri. Ini tentangku, pengemis tua yang berharap untuk segera mati

Rumahku trotoar simpang jalan, beratap terik matahari dan sinis malam, dindingnya angkuh keras kehidupan. Tapi tak perlu kau cabik aku dengan matamu yang memandang iba, karena aku sudah cukup tersiksa dengan sebuah harapan dan mimipi, berharap untuk segera mati.

KOTA

 Gambar diambil dari sini


Aku kota
Bapakku harimau berbisa ibuku ganas serigala
Tumbuh dalam karat geliat bara
Medan laga angkara murka

Kuinjak wajah-wajah cacar perut-perut lapar
Tumbuhkan nafsu-nafsu liar
Surgakan perang dan makar

Sloganku satu : "Mari kita bunuh para pecinta!".

Kamis, 01 Desember 2011

WARAKA

 Gambar diambil dari sini


Di kampungku, bunga-bunga terbuat dari mutiara dengan kelopak jingga, air comberan berupa susu dan madu, dan pohon tebu-tebu adalah emas berbentuk menara. Lalu jalan setapak yang dilalui domba-domba berupa kasur, sofa, dan hamparan biji kurma. Sedangkan rumah-rumah di sela pegunungan kabut terbuat dari anyaman roti dengan atap kayu cendana berwarna merah muda.

Kami makan dari tumbuhan madu yang berada di atas punggung pegunungan kabut, yang diambil oleh capung dan kupu-kupu kemudian dibagikan kepada seluruh warga desa. Setiap senja anak-anak harimau dan serigala juga menemani kami memancing, merawat padi, dan ikut bermain bola dan layang-layang ikan.

Hal itu belum lama memang, tepatnya semenjak kedatangan Dewi Cendana dari negeri di atas awan, yang kemudian turun ke bumi karena jatuh cinta kepada salah satu pemuda desa kami. Sebut saja Waraka,